Resensi Buku SATANIC FINANCE



Judul Buku   : SATANIC FINANCE
                         -Bikin Umat Miskin-
Pengarang  : Dr. A. Riawan Amin
Penerbit       : Zaytuna
Tebal Buku  : 124 halaman

Dengan gaya yang cukup memikat, Dr. Riawan Amin sukses menjabarkan penyebab-penyebab krisis ekonomi yang sudah mendunia, yakni melalui “Tiga Pilar Setan” yang dipelopori oleh para setan. Dalam buku ini dikisahkan asal mula terbentuknya uang kertas (fiat money) hingga kemudian digunakan oleh masyarakat. Penulis yang telah menulis 4 buku ini menyampaikannya dengan bahasa yang mudah dipahami. Ditambah dengan gambar-gambar beserta dialog para setan sehingga seakan-akan setan sendirilah yang berbicara. Hal ini membuat pesan yang terkandung tersampaikan ke benak pembacanya.

Sungguh sama sekali tidak ada yang menyangka, krisis ekonomi yang terjadi bukan karena kebetulan semata. Tetapi karena ada setan yang mengatur ini semua, yaitu melalui “The Three Pillars of Evil”. Pilar-pilar itu adalah fiat money (uang kertas), Fractional Reserve Requirement (persyaratan cadangan wajib), dan interest (bunga).

Agar lebih mudah dimengerti, penulis mengisahkan asal terbentuknya uang. Jadi syahdan ada dua pulau bertetangga yaitu Pulau Aya dan Pulau Baya. Rakyat suku Sukus di Pulau Aya sangat makmur karena kekayaan alamnya melimpah sedangkan suku Tukus di Pulau Baya tidak demikian. Kehidupan kedua suku tersebut damai dan saling tolong menolong. Hingga akhirmya datang dua agen setan yaitu Sago dan Gago ke Pulau Aya. Mereka berdua datang dan mengenalkan uang kertas, bank, dan mesin pencetak uang kertas. Singkat cerita, penduduk sangat terkesima dengan penjelasan kedua agen itu dan kemudian uang kertas itu digunakan. Jadi koin emas yang dimiliki ditukarkan dengan uang kertas di bank. Sampai akhirnya uang kertas itu menjadi mata uang dominan. Lalu penduduk suku Tukus tidak mau kalah, mereka menemui Sago agar juga dapat menggunakan uang kertas itu. Sayangnya mereka tidak punya cukup koin emas untuk ditukarkan dengan uang kertas dan kemudian Sago memberikan uang kertas dengan dalih utang. Mereka yang meminjam uang harus mengembalikan uangnya ditambah sejumlah uang sebesar 10%. Pada awalnya mereka menikmati kemudahan transaksi dengan uang kertas tetapi lama kelamaan mulai dirasakan sesuatu yang ganjil. Selama ini harga barang tidak pernah naik, tetapi kini harga barang naik tanpa ada penyebabnya. Akhirnya banyak dari mereka yang tidak mampu membayar utangnya dan mereka bagaikan seorang budak yang harus menuruti keinginan tuannya.

Uang kertas ternyata sangat berbahaya keberadaannya. Karena, kertas yang tersedia cukup melimpah sehingga penguasa bisa mencetak uang sebanyak apapun. Berbeda dengan koin emas yang jumlahnya sangat terbatas sehingga tidak dapat dicetak semaunya sendiri. Uang kertas sendiri dalam hal ini dolar “The Green Evil” hanyalah sebuah cek kosong, karena cek tersebut tidak bisa dicairkan di bank. Tetapi hebatnya tidak ada seorang pun yang menyadari kekosongan cek tersebut karena tidak pernah ada yang mencoba mencairkan cek itu. 

FAKTANYA uang dolar merupakan uang yang dicetak bukan dari Departemen Keuangan AS tetapi dicetak dan diterbitkan oleh Fractional Reserve Act atau The Fed. Bayangkan betapa besarnya keuntungan yang didapatkan oleh The Fed dari penggunaan uang dolarnya. Mereka dengan mudah menukar barang apapun seperti emas, gas, minyak, dll hanya dengan uang kertas yang merupakan cek kosong. Sungguh kita belum terbebas dari jeratan penjajah.

Jika dulu setiap uang yang ditukarkan akan ada cadangan emas di bank, tetapi karena cadangan emas bank semakin jauh selisihnya dengan uang dolar yang beredar maka oleh Presiden Nixon dikeluarkan perintah baru. Kini dolar diserahkan sepenuhnya ke pasar dan tidak lagi diback up dengan emas sama sekali. Ini berarti utang pemerintah tidak akan terbayar untuk selamanya.

Bunga yang dipandang sebagai sesuatu yang indah, kini bunga yang menghiasi ekonomi cukup mencekik leher rakyatnya. Bagi yang berutang dengan adanya bunga sangat merasakan kerugiannya karena terkadang mereka membayar bunga yang jumlahnya lebih besar daripada utang pokoknya. Jangankan untuk membayar bunga, membayar utang pokoknya saja sangat sulit.

Ketika tiga pilar setan itu bertemu akan melahirkan sebuah krisis ekonomi. Ibarat balon ekonomi yang terus dipompa dan tidak kuat lagi menahan beban, letupan besar pun terjadi. Itulah yang disebut krisis ekonomi. Dampaknya bahkan lebih parah dibandingkan perang.
Selain itu, setan mengemas suatu yang dilarang Allah menjadi hal yang mengagumkan. Kini setan mengemas utang menjadi sebuah tren yang dinamakan credit card (kartu kredit). Inilah produk unggulan setan setelah fiat money. Dengan adanya credit card menjadikan orang ketagihan belanja dan sehingga mereka tidak mampu membedakan keinginan dan kebutuhan. Setiap transaksi dengan kartu kredit adalah transaksi utang, yang suatu saat harus dibayar ketika jatuh tempo beserta bunganya dan akan dikenakan denda jika terlambat membayar. Berarti pilar setan berlaku lagi.

Sayangnya yang berutang tidak hanya individu saja, tetapi Negara juga demikian. Awalnya untuk membangun Negara agar lebih maju lagi, tetapi oleh segelintir orang yang tidak bertanggung jawab melakukan korupsi sehingga Indonesia dinobatkan menjadi lima besar juara korupsi dunia. Ironis memang. Tentunya para setan sangat senang dengan keberhasilan ini.

Sungguh emas dan perak memang mata uang surga “Heaven’s Currency”. Bagaimana tidak? Kedua logam mulia ini nilainya cenderung stabil dari tahun ke tahun, digunakan sebagai alat pengukur nilai, penyimpan kekayaan, dan sebagai alat tukar. FAKTANYA emas dan perak anti inflasi, karena semasa Rasulullah harga seekor ayam sekitar satu dirham (perak), kini seekor ayam bisa dibeli dengan harga yang sama. Dengan kata lain setelah 14 abad harga seekor ayam sama. Sangat berbeda jauh dengan fiat money yang cenderung mengalami inflasi setiap saat.

Muncullah yang disebut “El Libertador” atau pembebas yang melakukan pembebasan dari tiga pilar setan. Sistemnya disebut Perbankan Islam tetapi karena tipu daya setan digantilah kata ‘Islam’ menjadi ‘syariah’. Secara tidak sadar makna Bank Islam dan Bank Syariah menjadi berbeda karena Bank Islam mencerminkan aspek aqidah, syariah, ibadah, dan akhlaq. Sedangkan Bank Syariah bisa diartikan menurut syariah agama lain, sehingga bukan nilai-nilai Islam yang menjadi pedomannya. Dalam agenda setan, keberadaan bank syariah cukup sebagai pelengkap dan pengekor agar tiga pilar yang mereka dirikan tidak runtuh. Dengan berbagai tipu daya terus dilakukan setan agar manusia terperosok ke jurang kesesatan. Naudzubillah.

Dengan adanya buku ini menyadarkan kita betapa berbahayanya tiga pilar setan yang selama ini akrab dengan kehidupan kita. Buku ini cocok untuk semua kalangan, tetapi yang terPENTING untuk dibaca oleh kalangan PEMERINTAH agar mengetahui kalau kita sebenarnya telah dibodoh-bodohi oleh bangsa lain. Paling penting adalah meluruskan yang salah dengan menerapkan sistem Islamic Banking agar krisis ekonomi tidak berdampak di Indonesia. Buku ini juga dilengkapi endnotes untuk lebih memahami bahasa yang kurang familiar dan untuk melihat referensi lain.

Semoga bermanfaat bagi para pembaca dan terutama saya sendiri.

EKONOMI SYARIAH BISA!!!

Dikutip dari http://sarah-syahriyani.blogspot.com
Share this article :
 

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. sharia accounting - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger